Jumat, 04 Desember 2015
Kisah : Asal Usul Nabi Ibrahim AS
Asal Usul Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim
adalah putra Aazar (Tarih) bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aabir bin
Shalih bin Afrakhsyad bin Saam bin Nuh (baca Kisah Nabi Nuh AS).
Nabi Ibrahim
dilahirkan disebuah tempat bernama Faddam A’ram yang termasuk wilayah kerajaan
Babilon. Kerajaan Babilon pada waktu itu diperintah oleh seorang raja yang
bengis dan mempunyai kekuasaan absolute yaitu Namrud. Ia seorang raja yang
tidak mau lengser dan ingin berkuasa terus-menerus bahkan ingin hidup
terus-menerus. Karena itu ia tak segan-segan untuk membodohi rakyatnya agar
menyembah berhala. Bahkan ia juga memproklamirkan dirinya sebagai salah satu Tuhan
yang harus disembah oleh rakyatnya. Sehingga segala perintahnya tak ada yang
berani membangkang.
Sebelum Nabi Ibrahim
lahir, raja Namrud pernah bermimpi melihat seorang anak lelaki melompat masuk
ke dalam kamarnya lalu merampas mahkota dan menghancurkannya. Esok harinya ia
memanggil tukang ramal dan tukang tenung untuk menafsirkan mimpinya itu.
Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi sang raja itu kelak akan
meruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja raja namrud murka. Ia memerintahkan
kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru saja
lahir. Ketika Ibrahim
lahir, kedua orang tuanya bersembunyi di dalam gua. Sejak bayi hingga menginjak
remaja ia dibesarkan di dalam gua. Ia tidak pernah melihat dunia luar.
Ibrahim
Mempergunakan Akalnya untuk berpikir
Rasa ingin tahu merasuki jiwa Ibrahim, selama ini
ia hanya melihat bongkahan batu dan tanah di dalam gua. Ketika ibunya sedang
pergi ke kota mencari makanan, ia pun mencoba keluar gua. Begitu menapakkan
kakinya di luar gua, Ibrahim
tercengang. Ia benar-benar takjub melihat alam yang sangat luas, gunung-gunung
menjulang tinggi, langit biru terbentang luas, ombak laut berkejar-kejaran. Di
siang hari ia melihat cerahnya mentari, di malam hari ia melihat sinar bulan
yang menerangi malam.
Sejak kecil Nabi Ibrahim
sudah mendapat petunjuk dari Tuhan, ia merasa heran melihat orang-orang yang
menyembah patung padahal patung-patung itu tak bisa bicara, tak bisa melihat,
tak bisa mendengar dan tak bisa memberikan pertolongan. Mengapa mereka
menyembah benda mati ?” demikian pertanyaan yang timbul di benak Ibrahim. Jika ia
bertemu dengan unta, kambing dan domba-domba selalu bergolak pertanyaan dalam
hatinya, siapakah yang menciptakan semua itu ?
Ibrahim ingin
mencari siapakah yang berkuasa atas semua ini, siapakah seharusnya yang pantas
dijadikan Tuhan dan wajib disembah ? Ketika malam tiba, ia melihat bulan dan
bintang-bintang, namun bulan itu akhirnya tenggelam tak tampak lagi. Pada siang
hari ia melihat matahari, namun disenja hari matahari itu juga tenggelam tak
Nampak lagi. Ibrahim
berkata dalam hatinya : “Aku tidak suka bertuhan yang tenggelam itu.” Akhirnya Ibrahim dapat
menemukan kesimpulan, akal pikirannya yang masih suci bersih itu memutuskan
bahwa Tuhan adalah Yang menciptakan semua alam ini. Berkata dalam hatinya :
“Tuhanku adalah yang menciptakan langit dan bumi, Tuhanku yang menciptakan
manusia, tetumbuhan, hewan dan apa-apa saja yang terdapat di muka bumi ini.
Ibrahim bergaul
dengan kaumnya
Sesudah dewasa dan berita tentang pembunuhan
bayi-bayi sudah sirna. Ibrahim diijinkan
kedua orang tuanya keluar dari gua untuk hidup ditengah-tengah masyarakat.
Kesedihan menggoroti hatinya, ternyata masyarakat disekitarnya sudah bobrok mental
dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul sehingga patung dan
batu-batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah. Ayah Ibrahim sendiri
adalah tukang pembuat patung yang dijual ke masyarakat banyak, dan ayahnya juga
menyembah patung yang dibuatnya sendiri.
Ibrahim kemudian
mengadu kepada Tuhan : “Ya Tuhan, aku sedang menderita, derita batin. Aku
melihat kemungkaran dan kesesatan, untuk apakah gerangan akal pikiran yang
dikaruniakan Tuhan kepada mereka ? Apakah akal pikiran itu hanya digunakan
untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan belaka. Oh Tuhanku, tunjukilah aku
kalau Tuhan tidak menunjuki aku, sesungguhnya aku akan menjadi orang yang
tersesat dan berbuat aniaya.
Lalu Allah memberikan petunjuk kepadanya, ia
diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ia diberi Wahyu sehingga keyakinan tentang
adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan akal pikirannya belaka melainkan berasal
dari ketetapan Tuhan. Allah mengajarkan segala rahasia yang ada di balik alam
nyata ini, bahwa di balik alam nyata ini ada juga alam ghaib. Setiap manusia
yang mati kelak akan dibangkitkan lagi di alam akhirat.
Ibrahim Meyakinkan
Dirinya
Nabi Ibrahim sebenarnya
sudah percaya akan adanya hari pembalasan di akhirat. Pada suatu hari ia ingin
memperoleh petunjuk yang lebih nyata dan meyakinkan hatinya. Maka berdoalah ia
kepada Tuhan : “Ya, Tuhanku perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati.” Allah menjawab permintaan Ibrahim itu
dengan sebuah pertanyaan : “Apakah kamu belum percaya Ibrahim ?” Nabi Ibrahim
menjawab : “Saya telah percaya tetapi supaya bertambah yakin hati saya.”
Tuhan kemudian memerintahkan Ibrahim mengambil
empat ekor burung. Keempatnya dipotong-potong dan tubuhnya dicerai beraikan
atau dipisah-pisahkan. Potong-potongan kecil dari keempat burung itu dilumatkan
kemudian dijadikan empat onggok masing-masing onggokan diletakan di puncak
empat bukit yang letaknya berjauhan. Ibrahim kemudian
diperintahkan mengambil burung-burung yang sudah hancur tadi. Tiba-tiba saja
burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi Ibrahim.
Kini bertambah yakinlah Ibrahim akan
kekuasaan Allah yang menghidupkan sesuatu yang sudah mati. Allah kemudian
berfirman kepada Ibrahim
: “Demikian pula Aku akan membangkitkan manusia yang sudah mati untuk
dihidupkan di alam akhirat, dan akan dihisap amal perbuatannya sewaktu di
dunia. Dan semua manusia akan menerima balasannya sendiri-sendiri”.
Ajakan kepada
Ayahnya Meninggalkan Berhala
Sebelum Nabi Ibrahim
mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala, pertama kali
yang diajaknya menyembah Allah adalah ayahnya sendiri. Ayah Ibrahim yang
bernama Aazar adalah pembuat patung berhala, ia memperingatkan ayahnya dengan
bahasa yang lemah lembut penuh kesopanan : “Wahai ayahku, mengapa engkau
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong
kamu sedikitpun ? Wahai ayahku, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang diberikan
Allah dan tidak mungkin diberikan kepadamu. Maka ikutilah nasihat-nasihatku,
nsicaya akan menunjukan kepadamu jalan yang lurus. Wahai ayahku, janganlah
engkau menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah. Wahai ayahku, sesungguhnya aku kuatir engkau akan ditimpa adzab dari
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka engkau akan menjadi kawan dari setan.”
Tapi ayahnya tidak mau mengikuti ajakan Ibrahim. Berkata
ayahnya, “Bencikah kamu terhadap Tuhanku, Ibrahim ? Jika
kamu tidak berhenti mengajakku niscaya aku akan merajammu. Tinggalkanlah aku
buat waktu yang lama. Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya
berkata : “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun
bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan
menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku
akan berdoa kepada Tuhanku. Mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdoa kepada
Tuhanku.”
Doa atau permohonan Nabi Ibrahim
untuk ayahnya tak lain adalah karena kasih sayangnya selaku anak kepada
ayahnya. Namun setelah Allah menerangkan bahwa ayah Ibrahim adalah
musuh Allah maka Ibrahim
berlepas diri dari padanya. Tak ada beban moral lagi selaku anak kepada ayahnya
seperti tersebut dalam Al-Qur’an : “Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk
ayahnya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkan kepada
ayahnya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
ayahnya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas
diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang yang lembut hatinya lagi penyantun.”
Nabi Ibrahim
Menghancurkan Berhala-berhala
Nabi Ibrahim
adalah seorang cerdas dan ahli logika serta strategi yang ulung, ia ingin
berdialog dengan Raja Namrud di hadapan orang banyak dengan cara ia hancurkan
lebih dulu berhala-berhala yang menjadi sesembahan Raja Namrud dan rakyatnya.
Hal itu ia lakukan ketika sang raja dan semua rakyat sedang berpesta hari raya
dengan berburu di tengah hutan. Disaat rumah penyembahan berhala kosong maka Ibrahim masuk
membawa kapak. Berhala-berhala kecil dan sedang dihancurkannya, lalu kapak yang
dibawanya itu diletakkan di leher berhala yang paling besar.
Raja Namrud dan pengikutnya kembali dari
perburuan dengan wajah gembira. Mereka akan mengadakan pesta pora sambil
menyembah berhala diruang pemujaan. Namun betapa terkejut mereka saat melihat
berhala-berhala itu telah cerai berai. “Kurang ajar siapa yang berani
menghancurkan berhala kita ? “Raja Namrud meluapkan amarahnya. Tidak seorang
pun menjawab, namun ada seorang saksi yang melihat bahwa hanya Ibrahim saja yang
tidak ikut berburu ke hutan dengan alas an perutnya sakit. “Tangkap dia dan
bawa ke hadapanku !” Perintah Raja Namrud. Ibrahim kemudian
ditangkap, dalihnya karena hanya ia seorang yang tidak ikut keluar kota untuk
berburu hewan. Pastilah ia yang melakukan penghancuran ini.
Ia dibawa ke hadapan Raja Namrud, disaksikan
rakyat banyak ia diinterogasi. Ibrahim
tersenyum, memang inilah yang diharapkannya. Bertanya Raja namrud : “Apakah
kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu ?” Bukan ! “jawab Ibrahim. “Ibrahim ! Sergah
Raja Namrud. “Cukup banyak bukti yang menunjukkan kaulah pelakunya. Tak usah
mungkir !” Bukan aku pelakunya ! Jawab Ibrahim untuk
memancing emosi Raja Namrud. Ia ingin mengajak dialog raja itu.
Baiklah Raja Namrud, “kata Ibrahim, “saya
punya pikiran, kamu juga punya pikiran. Kalau mau mencari tahu siapa pelaku
penghancuran berhala-berhala itu maka tanyakanlah kepada berhala yang paling
besar itu. Bukankah kapak itu menggantung di lehernya, berarti berhala paling
besar itu pelakunya.raja Namrud berang mendengar ucapan itu : “Hai Ibrahim kau
sungguh bodoh ? dimana otakmu ? masak patung seperti itu akan saya ajak bicara
mana mungkin dia bias bicara ? Kau jangan mengada ngada !
“Hai Raja namrud ! Kata Ibrahim dengan
lantangnya, siapa sebenarnya yang bodoh. Mengapa patung yang tak dapat bicara
dan bergerak kau jadikan Tuhan yang harus disembah. Mengapa patung dan berhala
yang tak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukanlah ini kebodohan
yang teramat sangat ?” Raja Namrud dan pengikutnya terdiam mendengar jawaban Ibrahim itu.
Sebagian masyarakat akalnya sehat membenarkan ucapan Nabi Ibrahim itu,
namun mana berani mereka angkat bicara. Sementara Raja Namrud dan pengikutnya
tak dapat membantah. Hanya amarah yang timbul di hatinya, dan langsung Raja
Namrud memerintahkan Ibrahim untuk
ditangkap dan diikat.
Apa hukuman yang pantas dijatuhkan untuknya ?
Taya Raja Namrud kepada para penasihatnya. Bakar ! bakar saja dia sampai mati !
jawab para penasihat kerajaan. Kayu-kayu segera dikumpulkan, Ibrahim
diletakkan di atasnya dalam keadaan terikat kemudian dibakarlah ia hingga kayu
yang bertumpuk-tumpuk itu habis. Raja Namrud dan rakyatnya mengira Ibrahim akan
hangus menjadi abu. Namun setelah api itu padam Ibrahim masih
segar bugar. Itulah mujizat Nabi Ibrahim. Tak
mempan terbakar.
Dialog Ibrahim
dengan Raja namrud
Sesudah Ibrahim dibakar
tidak mati, sebenarnya banyak rakyat yang mau mengikuti ajarannya. Tapi karena
takut pada ancaman Raja Namrud, maka mereka masih banyak yang kafir. Nabi Ibrahim pun
meneruskan dakwahnya untuk mengajak manusia hanya menyembah Allah. Hal ini
membuat murka Raja namrud. Suatu hari Nabi Ibrahim
dipanggil menghadap ke istana Raja Namrud. Engkau telah menyebarkan fitnah yang
jahat sekali, “Kata Raja Namrud, “Adakah Tuhan selain aku ? Akulah Tuhan yang
harus kamu sembah. Aku dapat megatur dan merusak segala-galanya. Siapakah yang
lebih tinggi kekuasaannya dari pada aku ? Hukum yang kutetapkan mesti berlaku,
keputusanku pasti berjalan. Semua orang tunduk kepadaku, mengapa kau
menantangku ?”
Dengan tenang Ibrahim menjawab
: Tuhanku adalah Allah. Dialah yang kusembah, dia telah menciptakan kamu dan
aku yang asalnya tidak ada. Ia sanggup mematikan dan menghidupkan siapa saja
yang dikehendaki-Nya. Ia adalah pencipta langit dan bumi. Raja Namrud
menyanggah jawaban Ibrahim
itu dengan pendapatnya yang konyol “ “Aku juga bias menghidupkan dan mematikan.
Benarkah ? Tanya Nabi
Ibrahim. Raja namrud kemudian memerintahkan pengawal untuk megeluarkan dua
orang narapidana. Kemudian Namrud mengambil pedang, salah seorang dari
narapidana itu dipenggal lehernya sampai mati, seorang lagi diampuni, dibiarkan
hidup. Lalu Namrud berkata : “Begitulah caranya aku menghidupkan dan
mematikan.”
“Itu bukan mematikan, melainkan membunuh dengan
cara biadab dan kejam. “Kata Ibrahim, Tuhanku
bias menjalankan matahari dari timur ke barat, jika kau memang berkuasa namrud,
cobalah kau jalankan matahari itu dari barat ke timur !” Namrud terbungkam tak
bias bicara. Tantangan Nabi Ibrahim
benar-benar telah dijatuhkan oleh kecerdasan akal Ibrahim. Namrud
terbungkam tak bisa bicara. Tantangan Nabi Ibrahim
benar-benar membuatnya keok, tak bisa membantah lagi, ia benar-benar telah
dijatuhkan oleh kecerdasan akal Nabi Ibrahim.
Sejak saat itu Namrud menganggap Ibrahim sebagai
musuh besarnya.
Ibrahim Hijrah ke
Mesir
Karena Negeri babilon tidak aman lagi bagi Ibrahim dan
istrinya maka ia memutuskan untuk pindah ke Syam (Palestina). Bersama Nabi Luth
yang kemudian juga menjadi Nabi dan beberapa pengikutnya ia meninggalkan
Babilon (baca Kisah Nabi Luth AS).
Namun tidak berapa lama di Negeri Palestina diserang bahaya kelaparan dan
penyakit menular. Ibrahim
dan pengikutnya kemudian pindah ke Mesir. Mesir pada waktu itu diperintah oleh
Raja kejam dan suka berbuat seenaknya. Raja Mesir suka merampas wanita-wanita
cantik walapun wanita itu bersuami.
Ketika Raja Mesir mendengar bahwa Sarah adalah
perempuan yang cantik maka Ibrahim dan Sarah
dipanggil menghadap. Ibrahim berdebar,
Raja Mesir memang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu merampas istri orang yang
berwajah cantik sekedar untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya, tak
seorang pun berani menghalangi perbuatannya. Setelah menghadap Raja Mesir ia
ditanya : “Siapakah perempuan itu ? “Saudaraku, “jawab Ibrahim, sengaja
ia berbohong, sebab jika ia berkata terus terang tentu ia akan dibunuh Raja
Mesir dan istrinya akan dirampas. Perbuatan Ibrahim ini
menjadi kaidah, boleh berbohong dalam keadaan terdesak dan terancam bahaya.
Nabi Ibrahim dan
istrinya boleh tinggal di istana, pada suatu hari Sarah dapat menyembuhkan
sakit Raja Mesir yaitu sepasang tangan Raja itu mengatup rapat tak dapat
digerakkan, atas jasanya itu Sarah kemudian diberi hadiah seorang budak
perempuan bernama Hajar. Dan dengan ikhlas hajar kemudian diberikan kepada Ibrahim untuk
dijadikan Istri. Di Mesir, Ibrahim dapat
hidup tentram dan makmur. Hartanya melimpah ruah. Tapi justru ini menjadikan
iri hati bagi penduduk asli Mesir. Maka Ibrahim kemudian
memutuskan kembali ke Palestina. Sejak saat itu Palestina dijadikan tempat
tinggalnya. Di jadikan tanah airnya dan dijadikan tempat untuk menyembah Allah.
Di Negeri Palestina itu Hajar melahirkan seorang anak lelaki yang bernama
Ismail. Tak lama kemudian Sarah juga melahirkan anak laki-laki dan dinamakan
Ishak.
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
SEJARAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: