Download this Blogger Template by Clicking Here!

Ad 468 X 60

Minggu, 17 Januari 2016

Widgets

HAKIKAT dan MANFAAT DOA

HAKIKAT dan MANFAAT DOA

Sesungguhnya salah satu faktor penolong bagi manusia dalam melakukan “jihad akbar” melawan nafsu ammarah ialah doa. Al-Quran al-Karim memberikan perhatian yang khusus kepada doa, disebabkan doa menciptakan hubungan dengan Allah SWT. Al-Quran Al-Karim juga mengecam orang-orang yang tidak menaruh perhatian terhadap doa.
          Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu.
Kemudian Allah SWT menambahkan:
          Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, mereka akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (QS. Al-Mu’min: 60)
Tidak pernah di dalam Al-Quran disebutkan suatu azab seperti penyebutan azab ini. Atau bisa juga kita katakan, bahwa jarang kita melihat suatu ancaman dalam bentuk seperti ini sebagaimana yang ditujukan kepada orang yang meninggalkan doa. Barangsiapa tidak berdoa, lalu dia berputus asa dari doa dan meninggalkan tali di atas punggung unta dalam keadaan yang sensitif ini, maka niscaya Allah memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadahmu. (tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya), padahal sungguh kamu telah mendustakan-Nya. Karena itu kelak azab pasti menimpamu.” (QS. Al-Furqan: 77).
Barangsiapa menjauhkan diri dari berdoa dan memohon kepada Allah Azza Wajalla, maka niscaya Allah SWT akan berlepas tangan darinya dan menyerahkan urusan dirinya kepada-Nya, dan ketika itulah anda dapat menyaksikan betapa dia merugi di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, hadis-hadis menganjurkan kita untuk senantiasa membaca doa Rasulullah SAW di saat kegelapan malam. Yaitu doa yang berbunyi, “Ya Allah, janganlah sekejap pun Engkau serahkan urusan diriku kepadaku.”
Sesungguhnya doa adalah salah satu cabang dari cabang-cabang penyucian dan pembinaan diri. Inilah yang disebutkan oleh Allah SWT setelah Dia bersumpah demi matahari dan cahayanya di pagi hari,  kemudian demi bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila ia menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya; kemudian datang ungkapan penyebutan jiwa serta penyempurnaannya, dan pengilhaman jalan kefasikan dan ketakwaan kepda jiwa itu, serta keberuntungan orang yang menyucikan jiwanya dan kerugian orang yang menutupi jiwanya dengan maksiat dan kebodohan, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 9-10)
Penyucian jiwa berlangsung dengan doa dan tawassul kepada Allah SWT. Semata-mata doa yang mendidik dan menyucikan jiwa manusia, kata ganti orang pertama (dhamir mutakallim) sebanyak tujuh kali disebutkan pada ayat di bawah ini. Dan ini menunjukkan adanya perhatian yang begitu besar kepada doa. Di dalam surah Al-Baqarah, kita menyaksikan kedekatan Allah Azza Wajalla kepada orang yang berdoa, manakala orang berdoa dan memohon kepada-Nya, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah), bahwasannya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)
Ayat yang mulia ini turun ketika sekelompok orang bertanya apakah Tuhan kami itu dekat sehingga kami cukup berbisik (bermunajat) kepada-Nya, atau Dia itu jauh sehingga kami harus menyeruh-Nya?
Maka Allah SWT pun menajawab, bahwa Dia itu dekat dan mengetahui semua keadaan mereka, serta mendengar doa mereka sebagaimana orang yang berdekatan  mendengar perkataan temannya. Allah SWT berfirman, “Aku mengabulkan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-ku”, jika dia datang dengan memenuhi syarat-syarat doa dan mengetahui orang yang dia tuju.
Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (QS. Qaf : 16)
Ini menunjukkan bahwa Allah SWT jauh lebih mendengar kepada seorang hamba dibandingkan semua orang yang berada dekat dengannya. Di samping itu ayat ini merupakan pendorong kepada kita untuk hanya berdoa dan bertawassul kepada Allah saja, dan tidak meminta kepada yang lain.
Imam Ali berkata, “Amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah Azza Wajalla di muka bumi adalah doa.”
Rasulullah SAW bersabda, “Tuhanku, aku ingin mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Mu yang Engkau cintai, sehingga aku bisa mencintainya?”
Maka Allah SWT pun berkata, “Jika Aku melihat seorang hamba-Ku banyak menyebut-ku, maka Aku mendengarkannya dan mencintainya; dan jika aku melihat seorang hamba-Ku tidak menyebut-Ku, maka Aku menghalanginya dan membencinya.”
Berdasarkan penjelasan di atas, maka di dalam pandangan Al-Quran Al-Karim dan riwayat-riwayat yang mu’tabar dari Rasulullah SAW dan para Imam Ahlul Bait, doa lebih utama dan lebih dicintai oleh Allah daripada shalat malam, daripada mengerjakan shalat pada waktunya, dan demikian juga lebih utama daripada jihad. Karena, doa menghubungkan manusia dengan Allah secara langsung, dan menjadikannya tidak bersandar kecuali kepada-Nya. Almarhum al-Kulaini telah menulis kitab doa di dalam al-Kafi, dan mengiringinya dengan riwayat-riwayat yang berbicara tentang keutamaan-keutamaan doa. Demikian juga yang dilakukan oleh ‘Allamah Majlisi tatkala dia menghimpun sejumlah riwayat yang menaruh perhatian terhadap masalah-masalah doa. Kedua kitab ini, bersama dengan kitab Ash-Shahifah as-Sajjadiyyah secara keseluruhan telah membentuk jalan para Imam Ahlul Bait yang suci. Sungguh besar apa yang dikatakan bahwa doa menjadikan manusia mampu membangun dan membersihkan dirinya dari berbagai kotoran dan maksiat. Atau, sebagaimana kata pemimpin Revolusi Islam, ketika membahas tema, “Seorang manusia dapat membangun dirinya dari dua hal; yaitu pertama Al-Quran, dan kedua Doa.
Al-Quran adalah perkataan yang turun dari sisi Zat yang Maha benar, sedangkan doa adalah perkataan seorang manusia kepada Penciptanya. Jadi, kita bisa mengatakan bahwa doa adalah ucapan seorang manusia yang ditujukan kepada Penciptanya, sedangkan Al-Quran adalah  perkataan Pencipta terhadap makhluk-Nya. Oleh karena itu, doa adalah salah satu kebanggaan manusia dan selezat-lezatnya kelezatan.
Sesungguhnya manfaat doa banyak sekali, akan tetapi kami tidak akan membahas seluruh manfaatnya. Kami cukupkan untuk membahas dua manfaat darinya saja. Yang pertama, salah satu manfaat doa adalah kebanggaan yang diperoleh seorang hamba dengan bermunajat kepada Tuhannya. Seandainya seorang manusia ditakdirkan dapat bertemu dan berhadapan muka dengan Pemimpin Fulan atau Sultan Fulan, niscaya anda akan melihatnya merasa bangga dengan hal itu di hadapan teman-temannya.
Pada hakikatnya doa adalah kebanggaan seorang hamba di dalam bermunajat kepada tuannya, dan tidak ada kebanggaan yang lebih tinggi daripada seorang manusia dapat bermunajat kepada Tuhannya di tengah malam yang gelap gulita.
Imam Ali Kw berkata, “Barangsiapa yang menyukai bertemu dengan Allah SWT, maka dia akan lupa dengan dunia.”
Doa, artinya kepergian seorang hamba ke rumah Tuannya yang berkali-kali menyerunya, “Kemarilah kepada-Ku”, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan perkenankan bagimu”, dan juga mengancamnya jika dia tidak datang kepada-Nya. Setelah itu Allah SWT berkata, “Aku mengabulkan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.” Artinya , “Berdoalah kepada-Ku, penuhilah perintah-Ku, dan berimanlah kepada-Ku; niscaya aku akan mewujudkan apa-apa yang kau inginkan.”
Jika kebetulan seseorang melihat Imam Ali dalam keadaan pingsan di kegelapan malam yang gelap gulita, niscaya dia menyangka bahwa Imam Ali menjadi demikian karena takut dari neraka Jahannam. Tidak, Ali Kw lebih tinggi daripada yang demikian.
Yang demikian itu tidak lain kecintaan seorang hamba dihadapan Kekasih dan Penciptanya. Demikian juga keadaan Fatimah az-Zahra dihadapan Allah Azza Wajalla, di mana tidak terdengar darinya kecuali suara rintihan, dan tidak terlihat darinya kecuali air mata yang mengalir di pipi. Rasulullah SAW telah bersabda di dalam sebuah hadisnya yang panjang, “… Adapun putriku, Fatimah, adalah penghulu wanita seluruh alam … Manakala dia berdiri di mihrabnya dihadapan Tuhannya—Jalla  Jalaluh—maka cahayanya menyinari para malaikat di langit, sebagaimana cahaya bintang menyinari para penduduk bumi. Lalu Allah SWT berkata kepada para malaikat-Nya, ‘Wahai para malaikat, lihatlah hamba-Ku, Fatimah, Penghulu para wanita, tengah berdiri dihadapan-Ku, urat lehernya bergetar karena takut kepada-Ku, dan sungguh dia telah menghadap untuk menyembah-Ku dengan hatinya.”
Imam Ja’far ash-Shadiq berkata. “Dua rakaat pada tengah malam jauh lebih aku sukai dibandingkan dunia dengan segala isinya.”
Imam Ridha berkata, “Ali bin Husain ditanya, ‘Bagaimana orang-orang yang bertahajjud di waktu malam bisa menjadi orang yang paling bagus wajahnya?’ Ali bin Husain  menjawab, “Karena mereka berdua-duaan dengan Allah, maka Allah pun memakaikan cahaya-Nya kepada mereka.”
Adapun manfaat yang kedua dari doa adalah terlepasnya orang yang berdoa dari berbagai kesedihan, kemurungan, dan keresahan, yang terkadang bisa mengeruhkan kehidupan seseorang. Dari pandangan kejiwaan, dapat dikatakan bahwa mayoritas keresahan dapat hilang dengan berdoa kepada Allah SWT di tengah malam, disebabkan pada saat itu seorang manusia dapat mengutarakan seluruh keluh kesah yang ada di dalam hatinya kepada Zat yang Maha Esa. Dengan begitu, dia dapat mengurangi beban yang berlebihan dari dalam hatinya, yang pengaruhnya tampak jelas terpantul di dalam akhlak pribadinya, sehingga menjadikannya kelelahan meskipun tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat, dan selalu merasa resah dan tidak tahu apa penyebabnya.
Di samping itu, riwayat-riwayat mengatakan bahwa kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya jauh lebih besar dibandingkan kasih sayang ibu kepada anaknya, “Dia-lah yang dipuji-puji oleh seluruh makhluk ketika mereka butuh dan menghadapi kesulitan, manakala mereka sudah putus pengharapan dari seluruh yang lain selain Dia.”
Tidak mengapa kiranya di sini kita menukil munajat yang biasa dipanjatkan oleh Imam Ali dan oleh para Imam Ahlul Bait sesudahnya, yang diriwayatkan oleh Khalawiyyah, yang terdapat di dalam kitab Mafatih al-Jinan, di bawah judul “Amalan-Amalan bulan Sya’ban” :
Ya Allah, sampaikanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan keluarga Muhammad; dengarkanlah doaku manakala aku berdoa kepada-Mu, dengarkanlah seruanku manakala aku menyeruh-Mu, dan perhatikanlah aku manakala aku bermunajat kepada-Mu. Sungguh, aku telah berlari kepada-Mu, dan kini aku berdiri dihadapan-Mu dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri kepada-Mu, serta mengharapkan ganjaran dari-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui apa yang ada di dalam jiwaku, Engkau mengetahui kebutuhan-kebutuhanku dan Engkau mengetahui apa yang ada di dalam hatiku. Sungguh, tidak tersembunyi dari-Mu tempat kembaliku. Aku tidak ingin menyampaikan ucapan-ucapanku, dan tidak ingin mengutarakan permintaanku, namun aku mengharapkannya untuk hasil akhirku. Sungguh, telah berlalu ketetapan-ketetapan-Mu atas diriku, apa-apa yang akan berlaku hingga akhir umurku, dari hal-hal yang tersembunyi dan kelihatan dari diriku. Di tangan-Mu lah, dan bukan di tangan yang lain, kelebihan, kekurangan, manfaat, dan mudharat diriku.
Ya Allah, jika Engkau mencegahku maka siapakah yang akan memberi rezeki kepadaku, dan jika Engkau menelantarkanku maka siapakah yang akan menolongku.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemarahan-Mu, dan dari datangnya kemurkaan-Mu. Ya Allah, jika aku tidak layak mendapat rahmat-Mu, Engkau dapat memberiku dengan luasnya kemurahan-Mu …

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →

1 komentar: