Ada suatu ungkapan indah:
Orang yang tidak mengetahui fitnah dan dampak buruknya sangat mungkin jatuh ke dalam suatu fitnah dan bahkan bergelimang dengannya. Hal ini sangat membahayakan hidupnya, namun ia tidak menyadarinya. Jika terus demikian maka dia akan menyesal.
Mengenal dampak buruk sesuatu dan bahaya-bahayanya memberikan kepada seseorang bekal berupa sikap menjaga diri dari dampak buruk tersebut dan sikap berhati-hati terhadapnya. Demikian pula, mengenal fitnah dan dampaknya sangat besar manfaatnya. Hal ini karena mengenal fitnah termasuk sikap melihat akibat dan kembalinya suatu perkara. Sikap ini terhitung sebagai sikap kecerdikan seorang hamba sebelum melangkah dan memutuskan perkara, ia memandang jauh ke depan akibat dan dampak perkara tersebut.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan mengulangi sabdanya sampai tiga kali,
Maksudnya adalah saya melelehkan keduanya dengan api agar terpisahkan antara yang buruk dengan yang bagus. Makna inilah yang ditunjukkan oleh firman Allah ‘Azza wa Jalla:
Ibnu Faris rahimahullah berkata,
Ibnul Atsiir rahimahullah berkata:
Ibnul A’rabi telah meringkas makna-makna fitnah secara bahasa, yaitu:
Maksud {وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ} adalah
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,
Maksud {فُتِنُوا} adalah mereka disiksa.
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan fitnah dalam Ayat ini berkata,
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
Maksudnya:
Sesungguhnya makna fitnah disini adalah Penyesatan (Al-Bahrul Muhith).
Dalam Tafsir Ibnu Jarir, disebutkan tafsir ayat ini,
Maksud dari {يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ} adalah mereka menjerumuskan kalian ke dalam perselisihan diantara kalian.
Maksud {الْمَفْتُونُ} adalah gila.
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan adapun kata fitnah yang Allah Subhanahu sandarkan kepada diri-Nya atau Rasul-Nya sandarkan kepada-Nya, contohnya firman Allah
Dan perkataan Nabi Musa,
Maka (fitnah dalam konteks tersebut) bermakna lain, yaitu bermakna ujian dan cobaan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya, baik berupa kebaikan maupun keburukan, dengan diberi kenikmatan ataupun ditimpa musibah, maka ini memiliki makna tersendiri. Fitnah kaum musyrikin juga memiliki makna tersendiri, fitnah seorang mukmin pada hartanya, anaknya, dan tetangganya pun memiliki makna tersendiri. Fitnah yang Allah takdirkan terjadi diantara kaum muslimin, sepertti fitnah yang Dia takdirkan terjadi diantara pengikut Ali dan Mu’awiyah dengan Ahlul Jamal dan (fitnah yang terjadi) dantara kaum muslimin hingga saling memerangi dan saling memboikot, ini juga memiliki makna tersendiri
كيف يتقي من لا يدري ما يتقي
“Bagaimana seseorang bisa menjaga diri dari suatu bahaya, jika ia
tidak mengetahui bahaya apa yang ia harus jaga dirinya darinya?”Orang yang tidak mengetahui fitnah dan dampak buruknya sangat mungkin jatuh ke dalam suatu fitnah dan bahkan bergelimang dengannya. Hal ini sangat membahayakan hidupnya, namun ia tidak menyadarinya. Jika terus demikian maka dia akan menyesal.
Mengenal dampak buruk sesuatu dan bahaya-bahayanya memberikan kepada seseorang bekal berupa sikap menjaga diri dari dampak buruk tersebut dan sikap berhati-hati terhadapnya. Demikian pula, mengenal fitnah dan dampaknya sangat besar manfaatnya. Hal ini karena mengenal fitnah termasuk sikap melihat akibat dan kembalinya suatu perkara. Sikap ini terhitung sebagai sikap kecerdikan seorang hamba sebelum melangkah dan memutuskan perkara, ia memandang jauh ke depan akibat dan dampak perkara tersebut.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan mengulangi sabdanya sampai tiga kali,
إن السعيد لمن جُنِّبَ الفتن
“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah-fitnah.”Makna fitnah secara bahasa
Al-Azhari rahimahullah mengatakan, “Inti makna fitnah di dalam bahasa Arab terkumpul pada makna Cobaan dan ujian
الابتلاء، والامتحان
Dan asalnya diambil dari ucapan seseorang:
فتنتُ الفضة والذهب
“Saya menguji perak dan emas”Maksudnya adalah saya melelehkan keduanya dengan api agar terpisahkan antara yang buruk dengan yang bagus. Makna inilah yang ditunjukkan oleh firman Allah ‘Azza wa Jalla:
{يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُونَ}
“(Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api Neraka” (Adz -Dzaariyaat: 13), maksudnya adalah dibakar dengan api Neraka” (Tahdziibul Lughah: 14/296).Ibnu Faris rahimahullah berkata,
“الفاء والتاء والنون أصل صحيح يدل على الابتلاء والاختبار” ( مقاييس اللغة 4/ 47)
“Huruf Fa`, Ta`, dan Nun adalah huruf dasar yang shahih menunjukkan kepada cobaan dan ujian” (Maqayisul Lughah: 4/472).Ibnul Atsiir rahimahullah berkata:
الامتحان والاختبار … وقد كثر استعمالها
فيما أخرجه الاختبار من المكروه، ثم كثر حتى استعمل بمعنى الإثم والكفر
والقتال والإحراق والإزالة والصرف عن الشيء (النهاية 3 / 410).
“(Secara bahasa maknanya) “Ujian… dan (kata fitnah) banyak
penggunaannya dalam perkara yang tidak disukai, kemudian setelah itu
banyak digunakan untuk makna-makna: dosa, kekafiran, perang, pembakaran,
penghilangan dan memalingkan sesuatu” (An-Nihayah 3/410).Ibnul A’rabi telah meringkas makna-makna fitnah secara bahasa, yaitu:
“الفتنة الاختبار، والفتنة المحنة، والفتنة :
المال، والفتنة الأولاد، والفتنة الكفر، والفتنة اختلاف الناس بالآراء
والفتنة الإحراق بالنار” . (لسان العرب لابن منظور).
“Fitnah bermakna ujian, fitnah bermakna cobaan, fitnah bermakna
harta, fitnah bermakna anak-anak, fitnah bermakna kekafiran, fitnah
bermakna perselisihan pendapat diantara manusia, fitnah bermakna
pembakaran dengan api” (Lisanul Arab, Ibnu Manzhur).Makna kata fitnah dalam Al-Qur’anul Karim
Kata fitnah banyak terulang dalam Al-Qur’anul Karim di beberapa surat. Berikut ini ringkasan keterangan Syaikh Muhammad Shaleh Al-Munajjid hafizhahullah tentang makna kata fitnah dalam Al-Qur’anul Karim.1. Cobaan dan Ujian (الابتلاء والاختبار)
Firman Allah Ta’ala,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabuut: 2).Maksud {وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ} adalah
وهم لا يبتلون
“Sedang mereka tidak diuji lagi?” (Tafsir Ibnu Jarir).2. Memalingkan dari jalan kebenaran dan menolaknya
Firman Allah Ta’ala,
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ
“Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu” (Al-Maaidah: 49). Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,
معناه: يصدوك ويردوك
“Maknanya adalah menghalangimu dan menolakmu.”3. Siksa
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا فُتِنُوا
“Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah mendapatkan siksaan” (An-Nahl: 110).Maksud {فُتِنُوا} adalah mereka disiksa.
4. Syirik dan kekufuran
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi” (Al-Baqarah: 193).Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan fitnah dalam Ayat ini berkata,
أي شرك
“yaitu syirik.”5. Terjatuh di dalam kemaksiatan dan kemunafikan
Sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang orang-orang munafikin,
يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin)
seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka
menjawab benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri” (Al-Hadiid: 14)Al-Baghawi rahimahullah berkata,
أي أوقعتموها في النفاق وأهلكتموها باستعمال المعاصي والشهوات.
“Maksudnya kalian menjerumuskan diri kalian sendiri kedalam nifak dan
kalia binasakan diri kalian dengan melakukan kemaksiatan dan
(mengikuti) syahwat.”6. Samarnya antara kebenaran dengan kebatilan
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kesamaran antara Kebenaran dengan kebatilan di muka bumi dan kerusakan yang besar” (Al-Anfaal: 73).Maksudnya:
إلا يوالى المؤمن من دون الكافر ، وإن كان ذا رحم به {تكن فتنة في الأرض} أي شبهة في الحق والباطل
“Jika tidak wala’ (cinta) kepada kaum mukminin tanpa orang kafir
walaupun (orang kafir tersebut) kerabat yang ada hubungan rahimnya, {تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ}, yaitu: akan terjadi syubhat / kesamaran antara Kebenaran dengan kebatilan” (Tafsir Jami’ul Bayan, Ibnu Jarir).7. Penyesatan
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali
kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah” (Al-Maaidah: 41).Sesungguhnya makna fitnah disini adalah Penyesatan (Al-Bahrul Muhith).
8. Pembunuhan dan penawanan
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ
فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ
خِفْتُمْ أَنْ يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا
“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kalian men-qashar shalat(mu), jika kalian takut diserang orang-orang
kafir” (An-Nisaa`: 101).Dalam Tafsir Ibnu Jarir, disebutkan tafsir ayat ini,
حملهم عليهم وهم فيها ساجدون حتى يقتلوهم أو يأسروهم
“Serangan orang kafir terhadap kaum mukminin, sedangkan mereka dalam
keadaan shalat, saat sujud, hingga orang-orang kafir tersebut membunuh
kaum mukminin atau menawan mereka” (Tafsir Ibnu Jarir).9. Perselisihan pendapat dan tidak bersatunya hati mereka
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ
“Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak
menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian, untuk mengadakan
perselisihan di antara kalian” (At-Taubah: 47)Maksud dari {يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ} adalah mereka menjerumuskan kalian ke dalam perselisihan diantara kalian.
10. Gila
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
بِأَيْيِكُمُ الْمَفْتُونُ
“Siapa di antara kalian yang gila” (Al-Qolam: 6)Maksud {الْمَفْتُونُ} adalah gila.
11. Pembakaran dengan api
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (Al-Buruuj:10).Al-Baghawi rahimahullah berkata,
{إن الذين فتنوا} عذبوا وأحرقوا
Makna {إن الذين فتنوا} mereka diadzab dan dibakar.Kesimpulan
Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
ويعرف المراد حيثما ورد بالسياق والقرائن. الفتح ( 11 /176)
“Dan diketahui makna (fitnah) ketika disebutkan kata tersebut, dari konteks kalimat dan petunjuk-petunjuknya” (Fathul Bari 11/176).Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan adapun kata fitnah yang Allah Subhanahu sandarkan kepada diri-Nya atau Rasul-Nya sandarkan kepada-Nya, contohnya firman Allah
{وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ}
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka dengan sebahagian mereka yang lain” (Al-An’aam: 53).Dan perkataan Nabi Musa,
إِنْ هِيَ إِلَّا فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاءُ وَتَهْدِي مَنْ تَشَاءُ
“Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan
itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa
yang Engkau kehendaki”(Al-A’raaf: 155).Maka (fitnah dalam konteks tersebut) bermakna lain, yaitu bermakna ujian dan cobaan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya, baik berupa kebaikan maupun keburukan, dengan diberi kenikmatan ataupun ditimpa musibah, maka ini memiliki makna tersendiri. Fitnah kaum musyrikin juga memiliki makna tersendiri, fitnah seorang mukmin pada hartanya, anaknya, dan tetangganya pun memiliki makna tersendiri. Fitnah yang Allah takdirkan terjadi diantara kaum muslimin, sepertti fitnah yang Dia takdirkan terjadi diantara pengikut Ali dan Mu’awiyah dengan Ahlul Jamal dan (fitnah yang terjadi) dantara kaum muslimin hingga saling memerangi dan saling memboikot, ini juga memiliki makna tersendiri