Minggu, 17 Januari 2016
Pandangan Islam Tentang Sifat Kikir/Bakhil
Pandangan Islam Tentang Sifat Kikir/Bakhil
BAKHIL (KIKIR)
Bakhil atau pelit adalah sifat tercela yang ditimbulkan dari rasa egoisme yang keterlaluan. Orang yang karakternya demikian mempunyai hati yang keras; tidak mempunyai rasa belaskasihan dan tidak berperikemanusiaan.
Penyakit bakhil akan menyebabkan malapetaka yang besar terhadap suatu masyarakat. Penyakit ini bisa menanamkan rasa dengki dan iri hati dalam jiwa orang-orang fakir miskin terhadap orang-orang kaya yang bakhil. Sebagai akibatnya, orang-orang miskin tersebut akan mencari-cari kesempatan yang tepat untuk melampiaskan rasa kedengkiannya terhadap orang-orang kaya yang bakhil, dan berusaha mencari jalan untuk menghancurkan harta kekayaan mereka.
Kebanyakan, revolusi-revolusi berdarah di sepanjang sejarah, bersumber dari kekikiran orang-orang kaya yang mengeksploitasi harta kekayaan masyarakat. Mereka menggunakan harta yang diperoleh dari masyarakatnya untuk berfoya-foya dan memuaskan nafsu syahwatnya. Sedangkan orang-orang fakir miskin yang berada di sekitarnya dalam keadaan kelaparan dan membutuhkan sesuap nasi untuk mempertahankan hidup mereka.
Oleh karena itu, Islam menganggap bakhil sebagai perbuatan dosa besar. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Qur’an :
“Sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan
di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3 : 181).
Agama Islam menganggap harta yang berada dalam pangkuan manusia adalah
harta kepunyaan Allah yang dianugerahkan oleh-Nya kepada mereka. Harta
tersebut sebagai titipan agar dibelanjakan untuk kepentingan pribadinya
dan untuk orang-orang yang berhak menerimanya. Tidak mau memberikan
sebagian harta tersebut berarti penimbunan terhadap barang titipan dan
mencegah fungsi yang sebenarnya, yaitu agar beredar di tangan
masyarakat. Tentu saja hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap pemilik harta itu sendiri.
Rasulullah SAW menjelaskan tentang dosa besar yang diakibatkan dari perbuatan bakhil ini dalam salah satu sabda beliau.
البخيل بعيد من الله, بعيد من الجنة, بعيد من الناس (رواه الترمذى)
“Orang yang bakhil jauh dari Allah; jauh dari surga dan jauh dari manusia (Hadits riwayat Turmudzi)”.
Nabi SAW juga pernah bersabda sehubungan dengan sifat yang tercela ini :
لا يدخل الجنة حب ولا بخيل ولا منان (رواه الترمذى
“Tak akan masuk surga orang yang suka menipu, orang bakhil dan orang yang suka mengharap-harapkan pemberian dari orang lain.( Hadits riwayat Turmudzi)”
Rasulullah juga menganggap bahwa bakhil adalah suatu sifat yang amat membahayakan masyarakat. Untuk itu beliau bersabda :
أي داء ادوأمن البخل (رواه البخارى
“Lalu penyakit apalagi yang lebih parah dari pada sifat bakhil” (Hadits riwayat Turmudzi).
Lalu Rasulullah SAW menjelaskan dampak negatif yang diakibatkan dari penyakit bakhil ini dalam sabda beliau :
اياكم والشح فان الشح أهلك من كان قبلكم امرهم بالقطيعة فقطعوا وأمرهم بالبخل فبخلوا وامرهم بالفجور ففجروا (رواه الامام احمد
“Hati-hatilah kamu terhadap sifat bakhil, karena bakhil telah merusak orang-orang
sebelum kalian. Mereka memutuskan silaturahmi, berbuat bakhil dan
berbuat maksiat, semuanya disebabkan oleh penyakit bakhil ini”( Hadits
riwayat Imam Ahmad).
Sabda Rasulullah lainnya mengatakan :
اياكم والشح فانه دعا من قبلكم فاستحلوا محارمهم وسفكوا دماءهم وقطعوا ارحامهم (رواه الامام احمد
“Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan kikir, karena sifat kikir telah menyesatkan orang-orang
yang sebelum kalian. Mereka menghalalkan barang yang telah diharamkan,
mengalirkan darah dan memutuskan hubungan silaturahmi karena terdorong
oleh sifat-sifat kikir mereka.( Hadits riwayat Imam Ahmad)”
Seorang yang benar-benar beriman, akan menjauhi sifat yang tercela ini.
Tugas utama bagi seorang yang beriman ialah ikut merasakan penderitaan
yang dialami oleh orang lain, dan mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
Rasulullah SAW telah bersabda :
لا يؤمن احدكم حتى يحب لاخيه ما يحب لنفسه (رواه البخارى و مسلم
“Bukanlah termasuk orang yang beriman apabila seseorang di antara kalian
tidak mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri”(
Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Seorang yang kaya kemudian melihat saudaranya dalam keadaan sengsara
dan membutuhkan pertolongan, tetapi ia bersikap acuh tidak mau
mengulurkan tangannya memberi pertolongan atau santunan, maka ia
termasuk orang yang paling jauh dari rasa keimanan.
Untuk itu Rasulullah bersabda :
خصلتان لا تجتمعان فى مؤمن : البخل وسوء الخلق (رواه الترمذى

Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
BERITA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: