“Bagaimana seseorang bisa menjaga diri dari suatu bahaya, jika ia
tidak mengetahui bahaya apa yang ia harus jaga dirinya darinya?”
Orang yang tidak mengetahui fitnah dan dampak buruknya sangat mungkin
jatuh ke dalam suatu fitnah dan bahkan bergelimang dengannya. Hal ini
sangat membahayakan hidupnya, namun ia tidak menyadarinya. Jika terus
demikian maka dia akan menyesal.
Mengenal dampak buruk sesuatu dan bahaya-bahayanya memberikan kepada
seseorang bekal berupa sikap menjaga diri dari dampak buruk tersebut dan
sikap berhati-hati terhadapnya. Demikian pula, mengenal fitnah dan
dampaknya sangat besar manfaatnya. Hal ini karena mengenal fitnah
termasuk sikap melihat akibat dan kembalinya suatu perkara. Sikap ini
terhitung sebagai sikap kecerdikan seorang hamba sebelum melangkah dan
memutuskan perkara, ia memandang jauh ke depan akibat dan dampak perkara
tersebut.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan mengulangi sabdanya sampai tiga kali,
إن السعيد لمن جُنِّبَ الفتن
“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah-fitnah.”
Makna fitnah secara bahasa
Al-Azhari rahimahullah mengatakan, “Inti makna fitnah di dalam bahasa Arab terkumpul pada makna Cobaan dan ujian
الابتلاء، والامتحان
Dan asalnya diambil dari ucapan seseorang:
فتنتُ الفضة والذهب
“Saya menguji perak dan emas”
Maksudnya adalah saya melelehkan keduanya dengan api agar terpisahkan
antara yang buruk dengan yang bagus. Makna inilah yang ditunjukkan oleh
firman Allah ‘Azza wa Jalla:
{يَوْمَ هُمْ عَلَى النَّارِ يُفْتَنُونَ}
“(Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api Neraka” (Adz -Dzaariyaat: 13), maksudnya adalah dibakar dengan api Neraka” (Tahdziibul Lughah: 14/296).
Ibnu Faris rahimahullah berkata,
“الفاء والتاء والنون أصل صحيح يدل على الابتلاء والاختبار” ( مقاييس اللغة 4/ 47)
“Huruf Fa`, Ta`, dan Nun adalah huruf dasar yang shahih menunjukkan kepada cobaan dan ujian” (Maqayisul Lughah: 4/472).
Ibnul Atsiir rahimahullah berkata:
الامتحان والاختبار … وقد كثر استعمالها
فيما أخرجه الاختبار من المكروه، ثم كثر حتى استعمل بمعنى الإثم والكفر
والقتال والإحراق والإزالة والصرف عن الشيء (النهاية 3 / 410).
“(Secara bahasa maknanya) “Ujian… dan (kata fitnah) banyak
penggunaannya dalam perkara yang tidak disukai, kemudian setelah itu
banyak digunakan untuk makna-makna: dosa, kekafiran, perang, pembakaran,
penghilangan dan memalingkan sesuatu” (An-Nihayah 3/410).
Ibnul A’rabi telah meringkas makna-makna fitnah secara bahasa, yaitu:
Kata fitnah banyak terulang dalam Al-Qur’anul Karim di beberapa
surat. Berikut ini ringkasan keterangan Syaikh Muhammad Shaleh
Al-Munajjid hafizhahullah tentang makna kata fitnah dalam Al-Qur’anul Karim.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabuut: 2).
Maksud {وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ} adalah
وهم لا يبتلون
“Sedang mereka tidak diuji lagi?” (Tafsir Ibnu Jarir).
2. Memalingkan dari jalan kebenaran dan menolaknya
“Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu”(Al-Maaidah: 49).
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,
“Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah mendapatkan siksaan” (An-Nahl: 110).
Maksud {فُتِنُوا} adalah mereka disiksa.
4. Syirik dan kekufuran
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi” (Al-Baqarah: 193).
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan fitnah dalam Ayat ini berkata,
أي شرك
“yaitu syirik.”
5. Terjatuh di dalam kemaksiatan dan kemunafikan
Sebagaimana firman Allah Ta’ala tentang orang-orang munafikin,
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin)
seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka
menjawab benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri” (Al-Hadiid: 14)
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
أي أوقعتموها في النفاق وأهلكتموها باستعمال المعاصي والشهوات.
“Maksudnya kalian menjerumuskan diri kalian sendiri kedalam nifak dan
kalia binasakan diri kalian dengan melakukan kemaksiatan dan
(mengikuti) syahwat.”
“Jika kalian (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kesamaran antara Kebenaran dengan kebatilan di muka bumi dan kerusakan yang besar” (Al-Anfaal: 73).
Maksudnya:
إلا يوالى المؤمن من دون الكافر ، وإن كان ذا رحم به {تكن فتنة في الأرض} أي شبهة في الحق والباطل
“Jika tidak wala’ (cinta) kepada kaum mukminin tanpa orang kafir
walaupun (orang kafir tersebut) kerabat yang ada hubungan rahimnya, {تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ}, yaitu: akan terjadi syubhat / kesamaran antara Kebenaran dengan kebatilan” (Tafsir Jami’ul Bayan, Ibnu Jarir).
“Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali
kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah” (Al-Maaidah: 41).
Sesungguhnya makna fitnah disini adalah Penyesatan (Al-Bahrul Muhith).
“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kalian men-qashar shalat(mu), jika kalian takut diserang orang-orang
kafir” (An-Nisaa`: 101).
Dalam Tafsir Ibnu Jarir, disebutkan tafsir ayat ini,
حملهم عليهم وهم فيها ساجدون حتى يقتلوهم أو يأسروهم
“Serangan orang kafir terhadap kaum mukminin, sedangkan mereka dalam
keadaan shalat, saat sujud, hingga orang-orang kafir tersebut membunuh
kaum mukminin atau menawan mereka” (Tafsir Ibnu Jarir).
9. Perselisihan pendapat dan tidak bersatunya hati mereka
“Jika mereka berangkat bersama-sama kalian, niscaya mereka tidak
menambah kalian selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan
bergegas maju ke muka di celah-celah barisan kalian, untuk mengadakan
perselisihan di antara kalian” (At-Taubah: 47)
Maksud dari {يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ} adalah mereka menjerumuskan kalian ke dalam perselisihan diantara kalian.
10. Gila
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
بِأَيْيِكُمُ الْمَفْتُونُ
“Siapa di antara kalian yang gila” (Al-Qolam: 6)
Maksud {الْمَفْتُونُ} adalah gila.
“Kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (Al-Buruuj:10).
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
{إن الذين فتنوا} عذبوا وأحرقوا
Makna {إن الذين فتنوا} mereka diadzab dan dibakar.
Kesimpulan
Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
ويعرف المراد حيثما ورد بالسياق والقرائن. الفتح ( 11 /176)
“Dan diketahui makna (fitnah) ketika disebutkan kata tersebut, dari konteks kalimat dan petunjuk-petunjuknya” (Fathul Bari 11/176).
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Dan adapun kata
fitnah yang Allah Subhanahu sandarkan kepada diri-Nya atau Rasul-Nya
sandarkan kepada-Nya, contohnya firman Allah
{وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ}
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka dengan sebahagian mereka yang lain” (Al-An’aam: 53).
Dan perkataan Nabi Musa,
“Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan
itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa
yang Engkau kehendaki”(Al-A’raaf: 155).
Maka (fitnah dalam konteks tersebut) bermakna lain, yaitu bermakna
ujian dan cobaan dari Allah bagi hamba-hamba-Nya, baik berupa kebaikan
maupun keburukan, dengan diberi kenikmatan ataupun ditimpa musibah,
maka ini memiliki makna tersendiri. Fitnah kaum musyrikin juga memiliki
makna tersendiri, fitnah seorang mukmin pada hartanya, anaknya, dan
tetangganya pun memiliki makna tersendiri. Fitnah yang Allah takdirkan
terjadi diantara kaum muslimin, sepertti fitnah yang Dia takdirkan
terjadi diantara pengikut Ali dan Mu’awiyah dengan Ahlul Jamal dan
(fitnah yang terjadi) dantara kaum muslimin hingga saling memerangi dan
saling memboikot, ini juga memiliki makna tersendiri
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
“Saat kalian menangkap para kafir itu,
pukuli mereka! Allah akan senang,” Zahid memberi mereka semangat.
Kerumunan yang terdiri dari pria-pria muda, kaum muda dari rumah
ibadahnya, mengayunkan tongkat dan pipa besi dan bersorak dalam
kesepakatan. Ia merasa dalam keadaan baik-baik saja sebagai seorang
petinggi agama yang masih muda. Dan ia merasa orang tuanya akan bangga.
Dalam beberapa menit, ia dan teman-temannya menyisiri jalan-jalan desa
dan mencari orang-orang Kristen untuk dijebak.
Zahid memiliki garis keturunan yang
membanggakan di Pakistan. Ayah dan abangnya merupakan petinggi agama dan
Zahid telah mengikuti jejak mereka. Setelah ditugaskan di rumah
ibadahnya untuk pertama kalinya, kebencian Zahid terhadap orang Kristen
mulai tampak dan ia mulai mengumpulkan para pengikutnya untuk menentang
mereka.
Pemerintahannya makin lama makin
terpengaruh oleh salah satu hukum agama yang menuntut kematian bagi
siapa pun yang didapati bersalah karena penghujatan atas nabi dan kitab
suci mereka. Saat kegilaan mereka memuncak, Zahid memimpin kelompoknya
ke jalan-jalan, dan tidak diperlukan waktu yang lama sampai mereka
menemukan sekelompok orang Kristen muda untuk diserang, pada saat
dikejar salah satu dari antara mereka menjatuhkan Alkitabnya.
Seorang anggota kelompok Zahid memungut
Alkitabnya dan membukanya untuk merobek-robek halamannya. Zahid
senantiasa memberitahu para pengikutnya untuk membakar semua Alkitab
yang telah mereka kumpulkan. Tetapi kali ini Zahid merasakan keinginan
yang aneh untuk menyimpan dan mempelajarinya serta mencari
kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya.
Zahid melaporkan dalam kata-katanya
sendiri apa yang terjadi karena menyimpan Alkitab itu: “Aku sedang
membaca Alkitab, mencari kontradiksi – kontradiksi yang dapat kugunakan
melawan iman Kristen. Tiba-tiba, sinar yang terang benderang muncul di
kamarku dan aku mendengar sebuah suara memanggil namaku. Cahaya itu
demikian terang, ia menerangi seluruh kamar. Suara itu bertanya, `Zahid,
mengapa engkau menganiaya Aku?` Aku ketakutan. Aku tak tahu apa yang
baru dilakukan. Kupikir aku sedang bermimpi. Aku bertanya, `Siapakah
engkau?` Aku mendengar, `Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.` Selama
tiga hari berikutnya cahaya dan suara itu kembali. Akhirnya, pada malam
keempat, aku berlutut dan menerima YESUS sebagai Juru Selamatku.”
Kebencian Zahid tiba-tiba lenyap. Ia
ingin membagikan Yesus kepada siapa pun yang ia kenal. Ia pergi kepada
anggota-anggota keluarganya dan mereka yang berada di rumah ibadah dan
memberitahukan apa yang telah terjadi kepadanya selama empat malam
terakhir kepada mereka. Keluarga dan teman-temannya berbalik
menentangnya, ia ditangkap oleh yang berwajib. Berdasarkan ajaran
agamanya terdahulu, Zahid kini dianggap sebagai orang yang murtad,
seorang pengkhianat bagi agama, dan dianggap seorang penjahat.
Zahid ditempatkan di dalam penjara selama
dua tahun, dia disiksa berulang-ulang. Satu waktu, mereka mencabut
kuku-kukunya dalam upaya mematahkan imannya; mereka mengikat rambutnya
pada kipas angin di langit-langit dan membiarkannya tergantung di sana.
“Walaupun aku menderita amat hebat dalam tangan penangkap-penangkapku,
aku tidak menyimpan kepahitan terhadap mereka. Aku juga pernah membenci
orang-orang Kristen. Menurut hukum agamaku dulu, aku harus dieksekusi
dengan cara digantung.”
“Mereka berusaha memaksaku untuk menarik
kembali imanku dari Yesus. Tetapi aku tidak dapat menyangkal Yesus. Nabi
agamaku dulu tidak pernah mengunjungiku; Yesus pernah dan aku tahu
bahwa Dia adalah kebenaran. Aku hanya berdoa bagi para penjaga, berharap
bahwa mereka juga akan mengenal Yesus.”
Pada hari Zahid akan digantung, ia tidak
takut akan kematian saat mereka datang untuk membawanya dari sel. Bahkan
saat mereka menempatkan jeratan di sekeliling lehernya, Zahid
berkhotbah mengenai Yesus kepada para penjaga dan pengeksekusinya. Ia
ingin agar nafas-nafas terakhirnya di bumi dipergunakan untuk
memberitakan kepada rekan-rekan bahwa Yesus adalah “jalan, kebenaran,
dan hidup”. Zahid berdiri dengan siap untuk menghadap Juruselamatnya.
Tiba-tiba, suara-suara keras terdengar di
ruangan luar. Para penjaga bergegas memberitahu bahwa persidangan telah
mengeluarkan perintah untuk membebaskan Zahid, menyatakan bahwa tidak
terdapat cukup bukti untuk mengeksekusinya. Hingga hari ini, tak seorang
pun tahu mengapa Zahid tiba-tiba diizinkan untuk pergi dengan bebas.
Zahid mengganti namanya menjadi Lazarus,
merasa bahwa ia pun telah dibangkitkan dari kematian. Ia berkelana ke
desa-desa di sekitar rumahnya menyaksikan kelepasannya yang ajaib dari
kematian. Mereka melihat kesungguhan Zahid dan menerimanya ke dalam
keluarga besar Kristen.
Dalam
kehidupan sehari-hari tentu kita pernah mendengar kata “munafik” yang
diucapkan orang. Kata munafik ini ditujukan pada mereka yang telah
melakukan hal yang buruk. Namun, tidak semua orang bisa disebut sebagai
orang yang munafik. Belakangan ini banyak yang memakai kata munafik,
namun dalam penempatan yang salah. Pengetahuan yang kurang sering
menyebabkan kesalahan tersebut. Karenanya, kenalilah ciri-ciri orang
munafik berikut ini:
Berdusta atau bohong Orang munafik adalah orang yang selalu berkata
dusta atau bohong pada orang lain. Perkataannya tidak bisa dipercaya
karena semua yang dikatakannya berbeda dari kenyataan. Mereka yang suka
berbohong demi keuntungan sendiri adalah orang munafik.
Suka ingkar janji Orang yang munafik adalah orang yang suka ingkar
janji. Apabila ada orang yang berjanji namun tidak menepati janjinya,
itu adalah tanda kalau dia munafik. Terlebih lagi jika ingkar janji itu
dilakukannya setiap kali dia berjanji. Jangan sampai terjebak dengan
orang seperti ini karena hanya akan buat kecewa.
Bersumpah palsu Ciri orang munafik adalah suka bersumpah palsu.
Orang munafik biasanya akan bersumpah palsu untuk menutupi kesalahan
yang pernah mereka perbuat. Sumpah palsu ini berasal dari kebiasaan
bohongnya. Jika tidak ingin jadi orang munafik, maka jangan pernah
berani berbohong.
Menyebar berita bohong Ciri orang munafik adalah suka menyebar
berita bohong untuk membuat kehebohan. Biasanya orang munafik sangat
suka membesar-besarkan kesalahan orang lain tapi menutupi kesalahannya.
Saat orang lain melakukan kesalahan, dia langsung menyebarkannya hingga
menjadi berita heboh.
Senang di atas penderitaan orang lain Ciri orang munafik adalah
senang melihat orang susah, susah bila melihat orang lain senang. Orang
munafik akan terlihat sedih saat melihat orang lain susah, tapi dalam
hatinya dia tertawa. Sifat ini biasanya erat dengan sifat iri hati. Jika
tidak ingin jadi munafik, buanglah sifat iri hati itu.
Melakukan korupsi Ciri orang yang munafik adalah berkhianat. Salah
satu perbuatan yang khianat adalah melakukan tindak pidana korupsi.
Menggelapkan uang rakyat untuk kepentingan sendiri adalah salah satu
contoh nyata dari pengkhianatan terhadap orang banyak. Kepercayaan
rakyat dibalas dengan penghianatan. Munafik!
Itulah beberapa ciri-ciri dari orang munafik secara umum. Jika kamu
melihat orang dengan ciri tersebut, sebaiknya berhati-hatilah. Karena
berdekatan dengan orang munafik bisa menimbulkan fitnah dan juga hal
yang negatif untuk kamu.
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
juga penting dipelajari oleh
buah hati kita sejak kecil. Agar tertanam kuat dalam diri mereka untuk
selalu berbuat baik kepada orang tua. Berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain) adalah kewajiban bagi setiap anak. Lawan dari berbakti kepada orang tua adalah durhaka kepada kedua orang tua (uquuqul walidain). Kata al-uquuq berasal dari kata al-aqq yang memiliki arti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u (memotong).
Seorang anak disebut telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak
patuh dan tidak berbuat baik kepadanya, dalam bahasa Arab disebut al-aaq (anak yang durhaka). Al-aqaqah merupakan bentuk jamak dari al-aaq. Yang dimaksud dengan al-’uquuq
(durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus)
tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya. Jadi, yang
dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah
mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan
yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang
disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta
oleh mereka berdua.
Ciri-ciri anak durhaka yang harus dihindari anak adalah :
1. Berkata “ah” dan mengeraskan suara dihadapan orang tua ketika
berselisih dengan mereka, serta tidak memberikan nafkah kepada orang tua
ketika mereka membutuhkan. Allah SWT berfirman :
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka.” (QS. Al-Isra’ : 23)
2. Tidak mengakui orang tuanya dihadapan umum karena keadaan orang
tua yang kekurangan, miskin, tidak berilmu, cacat, penampilan tidak
modis atau alasan lain.
3. Melakukan sesuatu yang membuat orang tua bersedih, meskipun sang
anak berhak melakukan hal tersebut. Hak orang tua atas anak lebih besar
dari pada hak anak atas dirinya. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari)
4. Berpaling dari orang tua dan tidak mau melayani
mereka. Lebih berdosa lagi bahkan menyuruh orang tua melayani dirinya
serta mengumpat kedua orang tua dihadapan umum dan menyebut
kekurangannya.
5. Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.
Ingatlah selalu hadist Nabi jika kita terbesit untuk tidak hormat kepada
orang tua. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah ku kabarkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” kemudian beliau menyebutkan beberapa hal, salah satunya adalah durhaka kepada orang tua (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Menggunakan tatapan yang tajam kepada kedua orang tua ketika marah karena suatu sebab kepada mereka.
7. Bersikap sombong dan takabur yang melecehkan orang tua dan
membuatnya marah, semisal duduk mendahului orang tua saat hadir di
majelis , mengatakan bahwa kesuksesannya adalah semata-mata karena kerja
kerasnya dan tidak ada andil orang tua ketika dihadapan orang tua dan
lain lain.
Itulah 7 ciri-ciri anak durhaka kepada orang tua.
Meskipun sebagai anak kita wajib taat kepada orang tua, tetapi ada
kondisi dimana orang tua tidak boleh kita taati. Yaitu ketika orang tua
menyuruh kepada kemaksiatan misalnya, meminta melepas jilbab, menyuruh
korupsi, mengajak murtad dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda :“Tidak
ada ketaatan terhadap seseorang dalam mendurhakai Allah Yang Suci dan
Maha Luhur.” (HR Ahmad). Wallahu alam bishowab.
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Pengertian Kiamat Sugra, Kiamat Kubra dan Kiamat Wustha
Pengertian kiamat sugra (kiamat kecil)
Kiamat sughra dapat disebut dengan kiamat kecil. Definisinya merupakan
suatu peristiwa yang terjadi pada alam termasuk manusia, seperti
meninggalnya seseorang, atau peristiwa yang sering terjadi disekitar
kita seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan peristiwa-peristiwa
yang lain yang dapat menyebabkan kehilangan nyawa seseorang atau
beberapa orang.
Pengertian kiamat kubra (kiamat besar)
Setelah mengetahui kiamat kubra, maka selanjutnya adalah kimat kubra.
Kiamat kubra ini dapat disebut dengan kiamat besar. Definisinya adalah
peristiwa hancurnya alam semesta dengan semua isinya termasuk bumi,
matahari, dan planet-planet lainnya. Ada banyak sekali dalil tentang
kiamat kubra ini, diantaranya adalah pada Q.S. Al - Qori'ah ayat 4 dan 5
yang artinya :
Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebangan. (Ayat 4)
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Ayat 5)
Kiamat kubra ini ditandari dengan ditiupnya terompet sangkakala oleh
Malaikan Israfil. Tidak ada yang tahu kapan terjadi kiamat besar ini,
kecuali Allah swt. Bahkan Nabi Muhammad saw pun tidak tahu, tetapi
Rasulullah saw telah memberikan tanda-tandanya sebelum datangnya hari
kiamat. Tanda-tanda kecil kiamat kubra ini adalah diutusnya Nabi
Muhammad saw sebagai nabi terakhir, merajalela minuman keras (khamr) dan
praktek perzinaan yang dilakukan secara terang-terangan dan lain
sebagainya. Sementara itu tanda-tanda besar datangnya kiamat kubra
adalah terbitnya matahari dari arah barat, lenyapnya Al Qur'an,
Munculnya Ya'juj dan Ma'juj, munculnya dajjal, rusaknya Ka'bah, dan
keluanya binatang ajaib yang bisa berbicara dan lain sebagainya.
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang sudah
mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena nikah akan lebih
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan.” (HR. Bukhari, Muslim)
Ingatlah kejelekannya
قال ابن مسعود رضي الله عنه: “إذا أعجبت أحدكم امرأة فليذكر مناتنها
Ibnu Mas’ud berkata: “apabila ada wanita yang menarik perhatian kalian, maka ingatlah hal-hal buruk darinya”
Mendatangi Isterinya
“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka
segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal
yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)
Berdoa
اللهم إني أعوذ بك من شر سمعي، ومن شر بصري، ومن شر لساني، ومن شر قلبي
“ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan pendengaranku, penglihatanku, lisanku dan keburukan hatiku”
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Home » Hikmah » Mengapa Rasulullah Sangat Sayang Terhadap Kucing
Mengapa Rasulullah Sangat Sayang Terhadap Kucing
NABI
Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu
saat, di kala Nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya Mueeza sedang
terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan
kesayangannya itu, Nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri
Mueeza dari jubahnya.
Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk sujud
kepada majikannya. Sebagai balasan, Nabi menyatakan kasih sayangnya
dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu sebanyak 3 kali. Dalam
aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu
menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang
Nabi sukai ialah ia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan
seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan.
Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing
peliharaan, layaknya menyanyangi keluarga sendiri.
Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius,
dalam sebuah hadist shahih Al Bukhari, dikisahkan tentang seorang wanita
yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas
kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi Muhammad SAW pun menjelaskan
bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Dari Ibnu Umar ra bahwa rasulullah saw bersabda, “Seorang wanita
dimasukkan kedalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak
diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil
yang ada di lantai,” (HR. Bukhari).
Nabi menekankan di beberapa hadis bahwa kucing itu tidak najis.
Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing
karena dianggap suci.
Kenapa Rasulullah Saw yang buta baca-tulis, berani mengatakan bahwa
kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada
badan kucing tidak terdapat najis? Keistimewaan KucingFakta Ilmiah 1 :
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur
bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot
manusia. Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil
yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau
gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika
kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya.
Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling
canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan
membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya. Fakta Ilmiah 2 : Telah dilakukan berbagai penelitian
terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit,
punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada
bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di
samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus.
Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan
lidahnya. Hasil yang didapatkan adalah: – Hasil yang
diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan
berulang-ulang. – Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil
negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding
mulut. – Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil
negatif berkuman. – Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses
penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman
biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas
seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya
kurang dan 50 ribu pertumbuhan. – Tidak ditemukan kelompok kuman yang
beragam. – Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian
laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba.
Liurnya bersih dan membersihkan. Komentar Para Dokter Peneliti
– Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan
Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing. –
Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit. – Dr. Gen Gustafsirl
menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing, – Manusia
1/4 anjing, kucing 1/2 manusia. – Dokter hewan di rumah sakit hewan
Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat
pembersih yang bemama lysozyme. – Kucing tidak suka air karena air
merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih
pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll) – Kucing juga sangat
menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan
tidak dekat-dekat dengan air. – Tujuannya agar bakteri tidak berpindah
kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh
kucing. Fakta Ilmiah 3 : Dan hasil penelitian kedokteran dan
percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa
badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada
manusia. Fakta Ilmiah Tambahan : Zaman dahulu kucing dipakai
untuk terapi. Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu
mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress. Sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadist Kabsyah
binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah,
masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu,
datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di
bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu
heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh
bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di
rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah).
Diriwayatkan dan Ali bin Al-Hasan, dan Anas yang menceritakan bahwa
Nabi Saw pergi ke Bathhan suatu daerah di Madinah. Lalu, beliau berkata,
“Ya Anas, tuangkan air wudhu untukku ke dalam bejana.” Lalu, Anas
menuangkan air. Ketika sudah selesai, Nabi menuju bejana. Namun, seekor
kucing datang dan menjilati bejana. Melihat itu, Nabi berhenti sampai
kucing tersebut berhenti minum lalu berwudhu.
Nabi ditanya mengenai kejadian tersebut, beliau menjawab, “Ya Anas,
kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu,
bahkan tidak ada najis.”
Diriwayatkan dari Dawud bin Shalih At-Tammar dan ibunya yang
menerangkan bahwa budaknya memberikan Aisyah semangkuk bubur. Namun,
ketika ia sampai di rumah Aisyah, tenyata Aisyah sedang shalat. Lalu, ia
memberikan isyarat untuk menaruhnya. Sayangnya, setelah Aisyah
menyelesaikan shalat, ia lupa ada bubur.
Datanglah seekor kucing, lalu memakan sedikit bubur tersebut. Ketika
ia melihat bubur tersebut dimakan kucing, Aisyah lalu membersihkan
bagian yang disentuh kucing, dan Aisyah memakannya.
Rasulullah Saw bersabda, “Ia tidak najis. Ia binatang yang
berkeliling.” Aisyah pernah melihat Rasulullah Saw berwudhu dari sisa
jilatan kucing.” (H.R AlBaihaqi, Abd Al-Razzaq, dan Al-Daruquthni).
Hadis ini diriwayatkan Malik, Ahmad, dan imam hadits yang lain. Oleh
karena itu, kucing adalah binatang, yang badan, keringat, bekas dari
sisa makanannya adalah suci, Liurnya bersih dan membersihkan, serta
hidupnya lebih bersih daripada manusia. Mungkin ini pula-lah mengapa
Rasulullah SAW sangat sayang kepada Muezza, Kucing kesayanganny
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Muhammad Qasim Al Farisi pernah
menceritakan seorang pemuda yg menuntut ilmu pd seorang Ulama di Irak.
Ulama itu seorang yg alim,sholeh, wara & zuhud. Murid2nya banyak
berdatangan dr berbagai wilayah,bahkan dr negeri Luar. Mereka nyaman
belajar pd ulama tsb. Termasuk seorang anak muda yg senantiasa tepat
waktu menghadiri majelis ilmu sang ulama. Menyimak pelajaran dg penuh
keseriusan dan selalu bertanya bila ada yg kurang jelas. Bila malam tlah
larut,ia masih terbiasa sibuk dg muzakarah pelajaran yg ia terima siang
hari.dan sebelum tidur,ia selalu shalat witir terlebih dahulu. Tak
terasa sudah 10 tahun anak muda ini menuntut ilmu di ulama tsb,dan kini
tiba saatnya ia pulang ke kampung halaman untuk menyampaikan ilmu kpd
masyarakat & mengabdikan diri bg kepentingan umat yg selalu jd
cita2nya. Saat hendak pamit pulang, sang Ulama berdialog dg anak
didiknya tsb, Sang Ulama : "Sudah hampir 10 thn kamu menuntut ilmu
kepadaku,maka sudah saatnya km kembali ke kaummu & menyampaikan
risalah islam ini kpd mereka. Tp sebelumnya ada 1 hal yg ingin aku
tanyakan padamu" Murid : "apa itu wahai guru?" Ulama : "Apabila kamu
tlah tiba di negrimu,dan engkau mendapat godaan setan,maka dg cara apa
kamu dpt melepaskan diri dr bujuk rayunya?" Cukup lama sang murid
berfikir dan kemudian menjawab, "Aku akan mengusirnya dg kekuatanku dan
akan menyuruhnya pergi jauh" Ulama : "Apabila kekuatanmu tlah habis,maka
engkau tidak bisa melawannya lagi..dan bila kamu terus selalu
melawannya, maka kamu tidak akan punya waktu lagi untuk beribadah pada
Tuhan`mu,karena sibuk mengurusi setan" Sang murid tersentak kaget dg
jawaban sang Guru. Dengan keseriusan ia bertanya, "Lalu dg apa aku akan
mengusirnya wahai Guru?" Sang Ulama pun berkata : "Bila kamu sedang
menggembala kambing,dan ada anjing yg hendak memangsa kambingmu,maka
cara termudah kamu mengusir anjing tersebut adalah dg mendekati pemilik
anjing dan menyuruh anjingnya agar pergi menjauh. Begitulah menghdapi
setan, maka kamu hanya perlu mendekat kepada Allah, dan bertaqarrub
kepadaNYA, maka setan akan menjauh karena lelah & kurus kering tidak
bisa menggodamu" Nasehat yg luar biasa dr Ulama yg alim & wara.
Sungguh bila hati hanya sibuk dg menginggat ALLAH, maka tidak ada
kesempatan bagi setan untuk masuk mengganggu hati yg khusyu` mengingat
Allah. Karena hanya tangis & kesedihan bagi setan yg tidak berhasil
menggoda anak adam yg hatinya selalu terpaut dg ALLAH SWT.. ~
saudaraku.. Kita semua tau bahwa setan telah bersumpah untuk
menjerumuskan anak cucu adam agar menemaninya di Neraka kelak.. Marilah
kita mendekatkan diri pd Allah agar terhindar dari tipu daya setan
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab:
Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini
menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran
beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul
Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi’ul
Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.
Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada
dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah
maka tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya
atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah
melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus
terjaga, sebab Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak
ada yang terbukti maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan
bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan
beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya
dengan cara-cara seperti itu. Apabila Allah ta’ala telah menetapkan
jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang
dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana
mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang
biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri
menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah? Hal
ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah ‘azza wa
jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan
sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini
tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)
Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk
dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum
wafatnya Rasul ‘alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan
bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk
ajaran agama karena Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat
yang mulia ini. Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang
merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah. Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya,
orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung
kecenderungan kepada syariatnya. Apabila demikian maka merayakan maulid
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah
maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan
ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu
merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan.
Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada
kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat,
tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan
mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang
berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah –wal ‘iyaadzu billaah-.
Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta
merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai
kata-kata “telah lahir Al-Mushthafa” maka mereka pun serentak berdiri
dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau. Ini
adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang
baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang
yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah
orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita.
Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu
beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar
hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar
khayalan semacam ini?
Bid’ah ini -yaitu bid’ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama.
Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak
fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi
campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya.
(Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Suatu hari, ketika
Rasulullah SAW pulang ke rumah, beliau mendapat sebutir kurma di tempat
tidurnya. Beliau pun bermaksud untuk memakannya. Namun, belum sempat
merealisasikannya, beliau membuang kurma itu.
“Aku khawatir kurma itu adalah kurma sedekah (zakat), maka aku
membuangnya.” (HR Bukhari/2431, dan Muslim/1070, dari Abu Hurairah RA).
Dalam riwayat lain, sebagaimana ditulis Maulana Muhammad Zakariyya
al-Kandahlawi RA dalam karyanya Fadha`il al-A’mal (Keutamaan Beramal)
disebutkan, suatu ketika Rasulullah SAW tak bisa memejamkam matanya
sepanjang malam.
Beliau tampak gelisah, dan selalu mengubah posisi tidurnya. Namun,
hal itu tak juga membuat beliau tertidur. Aisyah RA, istri Rasulullah
kemudian bertanya penyebab beliau kesulitan memejamkan matanya untuk
tidur.
Rasul menjawab; “Tadi ada sebutir kurma yang diletakkan di suatu
tempat. Karena khawatir kurma itu terbuang sia-sia, maka aku
memakannya.”
Rasul melanjutkan, ”Sekarang aku merasa khawatir dan menyesal, karena
mungkin kurma itu dikirimkan ke sini untuk disedekahkan kepada
orang-orang miskin.” Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya sedekah itu halal
bagi Muhammad dan keluarganya. (HR Muslim).
Saat ini, betapa banyak beredar makanan dan minuman yang tidak halal
di sekitar kita. Kehalalan suatu makanan atau barang, bukan hanya zatnya
saja, tapi juga dari cara mendapatkannya, mengolahnya, dan
mengonsumsinya.
Ayam, misalnya, adalah hewan yang dihalalkan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Walau demikian, tidak serta merta ayam halal dikonsumsi. Pertama,
apakah ayam yang telah dimasak, sudah disembelih dengan menyebut nama
Allah?
Kedua, apakah proses pengolahannya dan bahan-bahannya juga dari
sumber yang halal? Ketiga, apakah ketika akan dikonsumsi (dimakan) juga
dilakukan dengan cara-cara yang sesuai ajaran Islam?
Kita sering menemukan makanan atau minuman yang dibiarkan begitu
saja. Tidak diketahui siapa pemiliknya. Namun, karena begitu
membutuhkannya (haus atau lapar), acapkali kita langsung mencicipinya
tanpa sepengetahuan dari sang pemilik makanan atau minuman tersebut.
Hal seperti ini juga merupakan perbuatan yang tidak dihalalkan, karena perbuatan itu sama dengan mencuri.
Allah SWT dan Rasul-Nya sudah memperingatkan kita, untuk selalu
berhati-hati dengan makanan yang tidak halal. Sebab, sekecil apapun
makanan atau minuman yang dikonsumsi dan tidak jelas kehalalannya, hal
itu dapat mencegah seseorang dari wanginya bau surga. (HR Muslim).
Ahmad bin Hanbal pernah ditanya, “Apa yang bisa melembutkan hati?”
Beliau menjawab; “Makanan yang halal.” Makanan yang halal sangat
memengaruhi corak dan isi hati seseorang. Jika tubuh manusia dibentuk
dari sumber yang halal, maka hatinya akan berkembang penuh kelembutan.
Sebaliknya, makanan dari sumber yang tidak halal, akan membuat hatinya
keras dan mati.
Kita patut berhati-hati akan makanan dan minuman yang tidak halal.
Rasulullah SAW menyampaikan; “Sungguh akan datang suatu masa, yaitu
seseorang tidak lagi peduli darimana dia mendapatkan harta, apakah jalan
halal atau haram.” (HR Bukhari). Wallahu a’lam.
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Umat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan
umat akhir zaman yang diberi kemudahan oleh Allah dalam medapatkan
pahala-pahala yang besar. Hal itu karena umat Muhammad memiliki umur
yang lebih pendek dibandingkan umat yang lain.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan suatu amalan
kepada para sahabat, walaupun amalan itu sering dianggap remeh oleh
sebagian orang. Tetapi ternyata amalan-amalan itu memiliki pahala yang
besar. Berikut adalah amalan mudah dan ringan, tetapi memiliki pahala
yang besar.
Membaca Subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil ‘adzim
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada
dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan, dan berat
ditimbangan: (yaitu bacaan) subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil
‘adzim [Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, Mahasuci Allah Yang
Mahaagung]” (HR. Al Bukhari)
Wudhu dengan Sempurna dan Membaca Do’a
Dari Umar bin Khattab, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian selesai wudlu dia
membaca: asyhadu allaa ilaha illallah wa anna muhammadan abdullahi wa
rasuuluh [aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya],Â
maka akan dibukakan untuknya pintu surga yang jumlahnya delapan, dan
dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR. Muslim)
Menghadiri Shalat Jum’at di Awal Waktu
Dari Aus bin Aus Ats Tsaqafi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang membasuh (kepalanya) dan mencuci
(seluruh tubuhnya) di hari jum’at (mandi besar, ed.), lalu berangkat ke
masjid pagi-pagi, dan dia mendapatkan khutbah dari awal, dia berjalan
dan tidak naik kendaraan, dia mendekat ke khatib, konsentrasi
mendengarkan khutbah dan tidak berbicara maka setiap langkahnya
(dinilai) sebagaimana pahala puasa dan shalat malam selama setahun.”
(HR. Abu Dawud, At tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban,
dan dinilai shahih oleh Al Albani)
Abu Zur’ah mengatakan: “Saya tidak pernah menjumpai satu hadits yang
menceritakan pahala yang besar dengan amal yang sedikit yang lebih
shahih dari hadits ini.”
Berdzikir di Masjid Setelah Shubuh.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid
sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapat
pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna.” (HR. At Tirmidzi dan dinilai
hasan oleh Al Albani)
Membaca Al Qur’an.
Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka dia
mendapat satu pahala kebaikan. Dan setiap satu pahala itu dilipatkan
menjadi 10 kali….” (HR. At Tirmidzi, At Thabrani dan dinilai shahih oleh
Al Albani)
Shalat Berjama’ah di Masjid.
Dari Abu Umamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang keluar dalam keadaan suci, menuju masjid untuk
melaksanakan shalat jama’ah maka pahalanya seperti pahala seperti orang
yang sedang haji dalam keadaan ihram.” (HR. Abu Dawud dan dinilai hasan
oleh Al Albani)
Shalat Sunnah 2 Rakaat Sebelum Subuh.
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua
rakaat sebelum subuh lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” (HR.
Muslim)
Membaca Shalawat.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan
memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain: “Barangsiapa yang membaca shalawat untukku
sekali, maka Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali,
dihapuskan sepuluh kesalahan, dan diangkat sepuluh derajat.” (HR. An
Nasa’i, shahih)
Menjawab Adzan dan Membaca Do’a Setelah Adzan.
Dari Jabir bin Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mendengarkan adzan kemudian dia membaca do’a:
Allahumma rabba hadzihid da’watittammah washshalatil qa’imah, ati
muhammadanil wasilata wal fadhilah wab’ats-hu maqamam mahmudanilladzi
wa’adtahu [Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan shalat
wajib yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadhilah.
Bangkitkanlah beliau ke tempat terpuji yang telah Engkau janjikan
kepadanya.] maka dia berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (HR.
Bukhari)
Membaca Dzikir Setiap Pagi dan Sore.
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa di waktu pagi dan sore membaca:
‘subahanallah wa bihamdihi‘ seratus kali maka tidak ada seorang pun yang
datang pada hari kiamat dengan membawa pahala yang lebih baik dari
pahala yang dia bawa, kecuali orang yang membaca seperti yang dia baca
atau lebih banyak.” (HR. Muslim)
Mengajak Orang Lain Untuk Melakukan Kebaikan.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak orang lain untuk
melakukan kesesatan dan maksiat maka dia mendapat dosa sebagaimana dosa
orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR.
Muslim)
Rajin Beristighfar.
Dari Ibn Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang rajin beristighfar maka Allah akan berikan jalan
keluar setiap ada kesulitan, Allah berikan penyelesaian setiap mengalami
masalah, dan Allah berikan rizki yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu
Dawud, hasan lighairihi)
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Pengertian kata Bani
menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang
dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu
Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan
raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan
demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang
memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering
digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan,
pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara
yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Dinasti Bani
Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus
dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah
seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam
pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil
alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah
Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin
Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah.
Oleh karena itu Muawiyah bin
Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dilihat dari
sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada
masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu
lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2.Umayah memiliki harta yang cukup
3.Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di
masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana
yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan
Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra.
Keluarga Bani Umayah masuk
Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan
diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya
adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam
Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini
banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan
menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
B.Silsilah
Keluarga Bani Umayah
Secara geneologis (garis
keturunan) Muawiyah bin Abi Sofyan bertemu dengan silsilah keluarga Nabi
Muhammad SAW pada Abdul Manaf. Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sebutan
Bani Hasyim, sedangkan keluarga Umayah disebut dengan Bani Umayyah.
Berikut ini adalah silsilah
Bani Umayyah, yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara Keluarga Bani Umayah
dengan Bani Hasyim (keluarga Nabi Muhammad SAW.)
C.Nama-nama
Khalifah Dinasti Bani Umayah
Nama-nama kholifah Bani
Umayah yang berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, terdiri dari empat belas khalifah,
yaitu:
1.Muawiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-680 M)
2.Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3.Muawiyah bin Yazid (64-64H/683-683 M)
4.Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5.Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6.Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-716 M)
8.Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M)
9.Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik
(105-125 H/ 724-743 M)
11.Walid bin Yazid (125-126
H/743-744 M)
12.Yazid bin Walid (126-127
H/744-744 M)
13.Ibrahim bin Walid (127-127
H/ 744-745 M)
14.Marwan bin Muhammad (127-132
H/745-750 M)
Di antara 14 orang khalifah
Bani Umayah yang berkuasa selama lebih kurang 90 tahun, terdapat beberapa orang
khalifah yang dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun
nama-nama khalifah Bani Umayah yang menonjol karena prestasinya adalah:
1.Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
2.Khalifah Abdul Malik bin Marwan
3.Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
4.Khalifah Umar bin Abdul Aziz
5.Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
D.Biografi
Muawiyah bin Abu Sofyan
Muawiyah bin Abu Sofyan
dilahirkan sekitar 15 tahun sebelum hijriah, dan masuk Islam pada saat
penaklukkan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Mekkah lainnya. Setelah
masuk Islam, Nabi Muhammad mengangkatnya sebagai anggota siding dari penulis
wahyu.
Dalam perjalanan sejarah
hidupnya, ia diangkat sebagai gubernur Syam pada masa Khalifah Utsman bin
Affan. Dari sinilah karier politik Muawiyah bin Abu Sofyan di mulai. Setelah
kemenangannya dalam peristiwa “Tahkim Daumatul Jandal” dan proses perdamaian
yang dilakukan Hasan bin Ali dalam peristiwa “Ammul Jama’ah” mengantarkan
Muawiyah bin Abu Sofyan menjadi khalifah dalam pemerintahan Islam.
Adapun langkah pertama yang
dilakukannya adalah memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Madinah ke
kota Damaskus di wilayah Suriah. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan
cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Bizantium,
membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos.
Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di
pemakaman Bab Al-Shagier.
Sistem kepemimpinan yang
dibangun oleh Muawiyah bin Abi Sofyan adalah menggunakan sistem kerajaan, atau Monarchi
Absolute yaitu sistem pemerintahan yang mewariskan kekuasaan secara turun
temurun. Terbukti Mu’awiyah bin Abi Sofyan mengangkat Yazid bin Muawiyah (anak
kandung Muawiyah) untuk menjadi putra mahkota, atas saran Mughiroh bin Syu’bah
agar terhindar dari pergolakan politik intern umat Islam.
Gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan sangat bertolak belakang dengan sistem
kepemimpinan pada masa Khulafaurrosyidin. Pada masa ini sistem kepemerintahan
yang digunakan adalah sistem demokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang
berazaskan musyawarah dalam mengambil keputusan dan pemilihan pemimpin
dilakukan oleh rakyat.
Selain perubahan sistem
pemerintahan juga terdapat sistem perubahan yang lain, seperti Baitul Mal. Pada
masa Khulafaurrosidin Baitul Mal ini berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat,
dimana setiap warga negara memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan
tetapi berbeda dengan masa Muawiyah yang mana Baitul Mal ini beralih kedudukan
menjadi harta kekayaan keluarga raja.
Diantara kebijakan yang
dilakukan oleh Muawiyah dalam masa pemerintahannya, adalah :
1.Pembentukan Diwanul Hijabah, yaitu sebuah lembaga
yang bertugas memberikan pengawalan kepada kholifah
2.Pembentukan departemen pencatatan atau Diwanul Khatam,
yaitu lembaga yang bertugas untuk mencatat semua peraturan yang dikeluarkan
oleh kholifah di dalam berita acara pemerintahan
3.Pembentukan Dinas pos atau Diwanul Barid,yaitu
departemen pos dan transportasi, yang bertugas menjaga pos-pos perjalanan dan
menyediakan kuda sebagai alat transportasi.
4.Pembentukan Shohibul Kharraj (pemungut pajak)
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, masih banyak lagi usaha-usaha
yang dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sofyan selama pemerintahannya
SHARE THIS POST
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
0 komentar: